Anies Baswedan | Foto: istimewa
JAKARTA – Voxpol Center Research and Consulting menggelar survei terkait peta ekektoral dan simulasi kandidat calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres) potensial pada Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024 mendatang.
“Tujuan dari survei ini ialah untuk mengetahui tingkat popularitas, kedisukaan dan elektabilitas partai politik dan tokoh-tokoh nasional yang tertekan maju menjadi capres dan cawapres pada Pemilu 2024,” ujar Direktur Eksekutif Voxpol Research Center Pangi Syarwi Chaniago di Cikini, Jakarta Pusat, Jumat ( 18/11/2022).
“Kemudian menawarkan pasangan simulasi calon potensial yang akan diusung oleh parpol atau gabungan partai politik, serta menyembunyikan peluang dan pola perubahan dukungan terhadap kandidat dan pengaruhnya terhadap parpol,” dia melanjutkan.
1. Anies dinilai capres paling layak pimpin Indonesia di 2024
Pangi menjelaskan, berdasarkan survei yang digelar, masyarakat menganggap sosok mantan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan sebagai capres yang paling layak di Pilpres 2024 mendatang.
“Anies Rasyid Baswedan menjadi calon presiden paling layak menurut publik untuk memimpin Indonesia 2024 mendatang. Anies unggul 34,5 persen” kata dia.
2. Anies lebih unggul ketimbang Ganjar dan Prabowo
Kemudian setelah Anies, disusul dua nama lainnya yakni Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo dengan capaian 32,1 persen, dan Menteri Pertahanan Prabowo Subianto 27,5 persen.
“Sebanyak 5,8 persen tidak tahu atau tidak menjawab,” tutur Pangi.
Pangi menambahkan, ada perbedaan mencolok karakter pemilih dari tiga nama tersebut.
Pemilik Anies cenderung memilih yang rasional melihat pemimpin berdasarkan prestasi. Sementara pemilih Ganjar cenderung pemilih yang sosiologis melihat pemimpin dari kedekatan dengan rakyat.
“Sedangkan pemilih Prabowo cenderung pemilih yang psikologis melihat dari sisi ketegasan pemimpin,” imbuh dia.
3. Survei digelar 22 Oktober hingga 7 November 2022
Lebih lanjut Pangi menyatakan, survei itu dilaksanakan pada 22 Oktober hingga 7 November 2022 dengan menggunakan metode pengambilan sampel acak bertingkat melalui dua tahap.
“Tahap yang pertama menggunakan sampling acak sistematis dalam memilih TPS, dan tahap yang kedua menggunakan sampling acak sistematis dalam memilih responden dari DPT,” tutur dia.
Kemudian, jumlah sampel dalam survei ini adalah 1.220 responden dengan batas kesalahan kurang lebih 2,8 persen.
“Sampel survei menjangkau 34 provinsi se-Indonesia secara proporsional dengan populasi sampel yang terdiri dari Warga Negara Indonesia (WNI) yang telah memiliki hak pilih, yakni berusia 17 tahun ke atas (memiliki KTP) atau yang sudah menikah,” imbuh dia.
Note:
Berita ini di ambil secara otomatis dari:
Media: D E T A K . C O
Penerbit:
Tanggal Terbit: 2022-11-19 03:20:56
Semua hak cipta atas postingan ini adalah milik D E T A K . C O