Akses Disini, Jakarta – Penggagas Gerakan Hati Nurani Nasional (GNK), Habib Syakur bin Ali Mahdi Al Hamid menilai kritikan Wakil Ketua MUI Anwar Abbas kepada Presiden Joko Widodo di depan para peserta Kongres Ekonomi Rakyat II MUI pada Jumat (10/12/2021), terasa kurang. anggun. Sebaliknya, sebagai Wakil MUI, mengkritik Presiden secara institusional.
“Seharusnya MUI berurusan dengan kabinet, bukan menebar kritik lalu puas bisa mengkritik presiden secara tatap muka di depan umum. Itu kritik yang tidak ilmiah. Dalam arti, kritik yang tidak memberikan solusi, kritik yang penuh emosi, seolah ada kebanggaan ‘Saya mengkritik presiden di depan umum’,” kata Habib Syakur dalam keterangannya, Rabu (15/12/2021). ).
Menurut Habib Syakur, seharusnya MUI yang seluruh pengurusnya ustadz tidak mengkritik dengan kesan merendahkan pemimpin di depan umum. Kritik harus diberikan oleh MUI secara kolektif kolegial, secara kelembagaan menghadap presiden, mengundang presiden untuk mempresentasikan masalah di Indonesia, serta menindaklanjuti solusi.
“Jelas keberhasilan pemerintah harus diakui. Kekurangan pemerintah harus dikritisi secara elegan dan bijaksana. Karena Anda harus menggunakan dasar-dasar kesantunan. Jangan sampai orang-orang yang berpredikat ulama di MUI, bisa terus berbicara sesuka hati,” ujarnya.
Habib Syakur menampilkan, sebenarnya jika dimaknai, ulama adalah ulama Islam yang telah mencapai derajat tertinggi sebagai pemimpin Islam dengan menjaga segala ilmu, sikap dan etika.
Habib Syakur melanjutkan, harus ada forum kelompok diskusi antara MUI dengan presiden dan kabinet. Tentu saja, memberikan solusi bukanlah sesuatu yang bisa dibanggakan ‘Saya mengkritik Presiden’.
“Seharusnya MUI secara institusional kalau mau mengkritisi presiden untuk dikritik. Dengan memberikan solusi. Apalagi ini tentang ekonomi Islam,” ujarnya.
Lebih lanjut, Habib Syakur mempertanyakan motif Anwar Abbas mengkritik Presiden di depan umum. “Jadi, Anda harus bertanya apa yang salah dan apa niat Dokter Anwar Abbas berani bertatap muka dengan Presiden dan para menterinya? apa tujuannya? Hanya memberikan kritik yang bersifat konsumtif atau kritik yang produktif, saya kira itu kritik yang konsumtif,” kata Habib Syakur. “Saya kira itu tujuannya agar Presiden merasa malu,” ujarnya.
Sebelumnya, banyak perhatian tertuju pada sikap Wakil MUI Anwar Abbas yang mengkritik Presiden Jokowi saat membuka Kongres Ekonomi Masyarakat II MUI, Jumat (12/10/2021).
Jokowi dikritik karena dua isu penting, yakni ketimpangan dan penguasaan lahan.
“Di sektor pertanahan, indeks Gini kita sangat memprihatinkan, yaitu 0,59. Artinya satu persen penduduk menguasai 59 persen tanah di negeri ini. Sedangkan yang 99 persen hanya menguasai 41 persen tanah di negeri ini,” kata Anwar Abbas.
Jokowi pun menjawab kritik Anwar Abbas tanpa teks.
Salah satu hal yang dikatakan Jokowi adalah saat ini pemerintah sedang dalam proses pembagian lahan untuk program reforma agraria yang telah mencapai 4,3 juta hektar lahan dari total target 12 juta hektar.
“Insya Allah saya bisa mulai bulan ini atau mungkin bulan depan saya akan mulai menghapus yang terbengkalai satu per satu,” kata Jokowi.
“Banyak. Konsesi diberikan, sudah lebih dari 20-30 tahun tapi kami tidak bisa berbuat apa-apa sehingga kami (pemerintah) tidak bisa memberikannya kepada orang lain,” lanjut Jokowi.
Penulis: Tio